-->

Akidah Akhlak Kelas 6, BAB 1 "BERSIHKAN HATI DENGAN MEMOHON AMPUN"

BAB 1

BERSIHKAN HATI DENGAN MEMOHON AMPUN




A. Pengertian Istigfar


Istigfar atau اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ adalah tindakan meminta maaf atau memohon keampunan kepada Allah Swt yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang sangat penting untuk di ucapkan dan di lakukan oleh setiap muslim sebagai hamba Allah Swt yang penuh dengan dosa dan salah dikehidupannya.


Arti dari kalimat اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ di atas adalah “Aku mohon ampun kepada Allah Swt Yang Maha Agung”. Kalimat ini harus sering diucapkan oleh kita sebagai seorang muslim yang selalu butuh ampunan dari Allah Swt, Karena itu setiap detak jantung kita, sebaiknya kita iringi dengan istigfar, karena istigfar merupakan bentuk bertaubat kepada Allah Swt. Namun, dengan istigfar saja belum cukup. Kalau kita salah atau berdosa, segera beristigfar, menyesali atas kesalahan atau dosa, berjanji tidak mengulangi dan langsung ditutup dengan perbuatan baik.


Istigfar, kalimat yang sangat pendek, tetapi memiliki makna yang sangat dahsyat, sangat dalam, dan sangat indah dalam hidup kita. Umat Islam mengucapkan kalimat tayibah اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ ketika umat Islam berbuat kesalahan dan dosa. Ungkapan kalimat tersebut sebagai perwujudan sikap menyesal atas kesalahan atau dosa yang dilakukan. Dengan kata lain, ucapan kalimat tayibah اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ merupakan bentuk taubat seseorang


B. Luasnya Ampunan Allah Swt


Manusia sering berbuat kesalahan, baik kepada Allah Swt. maupun kepada manusia, baik itu dosa atau kesalahan kecil maupun yang besar, baik itu yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kemudian, apa yang kita lakukan setelah berbuat kesalahan tersebut? Tentu harus meminta maaf baik kepada Allah Swt. maupun kepada manusia.


Penyebabnya adalah setiap manusia tempatnya salah dan lupa, setiap anak cucu nabi Adam As. pasti pernah bersalah dan berdosa, sebaik-baiknya orang yang bersalah dan berdosa adalah yang bertaubat dan Allah Swt. sangat mencintai hambaNya yang bertaubat dan bersuci.


…. إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ


Artinya: …. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS. al-Baqarah [2]: 222)


Membaca istigfar sebagai bentuk penyesalan atas kesalahan dan dosa, di samping harus dilakukan dengan segera juga dapat dilakukan di mana saja. Artinya dilakukan setelah bersalah dan berdosa dan tidak boleh menunggu sampai di masjid atau menunggu setelah melakukan salat dan sejenisnya, termasuk memafkan kesalahan orang lain yang sebagian dari kita mungkin menunggu hingga datang hari lebaran Idul Fitri. Hal ini sungguh tidak diperbolehkan, mengapa? Karena disamping kesalahan dan dosa membuat Allah Swt. murka, juga tidak ada yang mengetahui kapan ajal kita akan datang.

Sebab tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan kematian kita akan datang.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-A’rof ayat 34


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ



Artinya: Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (QS. al-A’rof [7]:34)

 

Adapun hari raya Idul Fitri yang digunakan dikalangan kita sebagai waktu yang tepat untuk bermaafan adalah merupakan tradisi dan budaya yang berada di negeri kita Republik Indonesia dan merupakan bagian dari Islam Nusantara, hal ini merupakan perbuatan yang tidak salah sebab permohonan maaf dan ampunan dapat di lakukan setiap saat.


Tata-cara untuk meminta maaf ketika bersalah atau berdosa adalah; apabila bersalah kepada Allah Swt. dengan memperbanyak membaca Istigfar dan berjanji tidak akan mengulangi, sedangkan kepada manusia disamping membaca Istigfar, juga bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada orang yang bersangkutan. Apabila kita telah melakukan demikian, Allah Swt. mengampuni salah dan dosa kita. Mudahkan? Karena Allah Swt. memiliki sifat Maha Pengampun. Rahmat dan ampunan Allah Swt teramat besar. Betapapun besarnya dosa seorang hamba Allah Swt, bahkan seisi langit dan bumi sekalipun, namun jika dia insyaf dan bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka dosa tersebut bisa terhapus.


قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ .


وَأَنِيبُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا۟ لَهُۥ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ ٱلْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ .


Artinya: Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. (QS. al- Zumar [39]: 53-54)


C. Rendah Hati dan Pemaaf


Rendah hati atau tawaduk merupakan suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidak mampuan diri sendiri, sehingga seseorang tidak menjadi angkuh, dan tidak pula sombong. Dengan sikap dan sifat rendah hati pada diri kita, maka akan mudah menjadi seorang yang pemaaf, sebab dengan rendah hati kita akan memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahan diri, ketidak sempurnaan, kesenjangan / keterbatasan diri dan keterbukaan untuk menerima kritkan, masukan ide-ide baru, dan saran.


Sikap seperti di atas telah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad Saw yang diceritakan oleh Sahabat Abu Hurairah ra.: “Suatu ketika aku masuk pasar bersama Rasulullah Saw. Rasulullah berhenti, membeli celana dalam dan berkata: ‘Pilihkan yang baik lho!’. Mendengar suara Rasulullah Saw, si pedagang celana pun melompat mencium tangan beliau. Rasulullah menarik tangan beliau sambil bersabda: ‘Itu tindakan orangorang asing terhadap raja mereka. Aku bukan raja. Aku hanyalah laki-laki biasa seperti kamu.’ Kemudian beliau ambil celana yang sudah beliau beli. Aku berniat akan membawakannya, tapi beliau buru-buru bersabda: ‘Pemilik barang lebih berhak membawa barangnya.’


Ada beberapa ciri pada seseorang yang memiliki sikap dan sifat rendah hati dan pemaaf, yaitu:


  1. Tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal.

  2. Menjunjung tinggi kebenaran dan bersedia menerimanya (sportif dan jujur)

  3. Tidak segan dan malu bergaul dengan fakir miskin bahkan membantu mereka.

  4. Ringan tangan dalam membantu orang-orang yang memerlukan bantuan

  5. Tidak merasa berat berterima kasih atas kebaikan orang lain dan tidak keberatan untuk memaafkan mereka yang telah berbuat salah


D. Hikmah Istigfar


Memang, tidak sedikit manusia enggan untuk memaafkan kesalahan seseorang karena rasa gengsi, malu, takut dipandang rendah dan sebagainya. Namun perlu diingat bahwa menjadi seorang yang pemaaf memang sulit, namun kalau dapat melakukannya kita menjadi orang yang hebat, berjiwa besar dan menjadi manusia yang mampu meraih kemenangan yang sebenarnya, karena dapat mengalahkan hawa nafsu.


Hikmah dibalik pembiasaan kita membaca اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ dalam setiap saat yang kita lakukan adalah:

  1. Hati menjadi tenang

  2. Diampuni salah dan dosanya oleh Allah Swt.

  3. Diberikan kelapangan rezeki

  4. Selalu memiliki sikap rendah hati dan tidak sombong


Oleh karena itu marilah kita selalu membaca Istigfar setiap saat dan di manapun berada sebanyak yang kita mampu agar hidup kita lebih berkah dan selalu dalam

lindungan Allah Swt. Meniru sikap Rasulullah Saw. yang setiap bangun tidur beristigfar 70 kali. Bahkan di dalam hadis lain 100 kali, padahal Rasulullah Saw. adalah manusia maksum dan dijamin masuk surga, namun begitu hebat istigfarnya kepada Allah Swt.

Yuk….kita membaca Istigfar minimal setiap sebelum dan sesudah belajar di

dalam dan di luar kelas bersama – sama sebanyak tiga kali





0 Response to "Akidah Akhlak Kelas 6, BAB 1 "BERSIHKAN HATI DENGAN MEMOHON AMPUN""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel